Anugerah Kalpataru 2024 untuk KTH Wanapaksi

Ketua KTH Wanapaksi Sujarwo saat menerima piala Kalpataru dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar di Jakarta, 05 Juni 2024. Dokumentasi KLHK

Prestasi membanggakan berhasil diukir oleh KTH Wanapaksi lewat penghargaan Kalpataru 2024. Dalam anugerahbergengsi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan itu, KTH Wanapaksi menjadi salah satu dari sepuluh penggiat dan penyelamat lingkungan yang meraihpenghargaan tersebut.

“KTH Wanapaksi barusan mendapat penghargaan Kalpataru dalam kategori Penyelamat Lingkungan,” sebut ketua KTH Wanapaksi Sujarwo. “Penghargaan Kalpataru ini menjadi penghargaan tertinggi di Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,” jelasnya.

Suhandri, wakil ketua KTH Wanapaksi, yang turut mendampingi, menyebut bahwa kesertaan KTH Wanapaksi di ajang yang memasuki tahun ke-44 itu merupakan usulan dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Daerah Istimewa Yogyakarta. Ia pun bercerita proses penilaian dan verifikasiyang dijalani. 

“Pada saat itu kami dihubungi kurang-lebih di bulan Januari-Februari,” terangnya. “Kami diminta untuk mengikuti kembali, karena ini adalah tahun ketiga dalam mengikuti seleksi tingkat nasional.”

Suhandri mengungkapkan, setelah mengisi form pendaftaran, KTH Wanapaksi lantas mengikuti proses verifikasi secara daring. Mereka melakukan presentasi dihadapan para juri. Setelah verifikasi daring, proses berlanjut dengan verifikasi lapangan. Tim penilai datang ke sekretariat KTH Wanapaksi untuk melakukan tanya-jawab dan pengecekan program yang berjalan.

Kurang lebih sebulan kemudian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengumumkan 21 pihak yang lolos sebagai nominasi penghargaan Kalpataru. KTH Wanapaksi termasuk salah satunya. Usaha keras dan jerih payah segenap pengurus dan anggota KTH Wanapaksi dalam memenuhi data-data yang diperlukan lantas berbuah manis. 

Para Peraih Kalpataru 2024

Apresiasi tahunan yang dimulai pada 1981 tersebut terdiri dariempat kategori. Untuk kategori Penyelamat Lingkungan, diberikan kepada kelompok masyarakat, baik formal maupun informal, yang mampu melakukan upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup atau pencegahan kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup atau penyelamatan ekosistem. Bersama KTH Wanapaksi, terdapat dua kelompok lain yang meraih penghargaan kategori ini. 

Pertama, Masyarakat Hukum Adat (MHA) Punan Batu Benau Sajau dari Bulungan, Kalimantan Utara. Penghargaan diraih atas dedikasi dan komitmen mereka dalam menjaga dan melestarikan hutan adat di hulu Sungai Sajau dan Gunung Benau.

Kedua, Kelompok Sadar Wisata Bekayuh Baumbai Bebudaya dari Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Kelompok tersebut mampu mengupayakan pelestarian pesut mahakamOrcaella brevirostris, sejenis lumba-lumba air tawar yang langka dan terancam punah.

Sementara di kategori Perintis Lingkungan, penghargaan diberikan kepada empat orang. Terdapat Adolof Olo Wonemse dari Papua Barat atas upayanya dalam konservasi kerang kima, Infirmus Abis asal Nusa Tenggara Timur untuk upaya pemenuhan air bersih di, serta Sururi asal Jawa Tengah yang melakukan konservasi ekosistem pesisir serta Komang Anik Sugiani dari Bali untuk pengelolaan sampah berkelanjutan.

Terdapat masing-masing satu orang yang meraih penghargaan di kategori Pengabdi Lingkungan dan dua orang di kategori Pembina Lingkungan. Di kategori Pengabdi Lingkungan, penghargaan diberikan kepada Idi Bantara. Kepala BPDAS Way Seputih Way Sekampung KLHK tersebut berperan dalam penanganan konflik lahan di Gunung Balak Reg. 38 dengan kemitraan bersama masyarakat. Sementara di kategori Pembina Lingkungan, penghargaan diberikan kepada Dindin Komarudin dari Jakarta atas perannya dalam pengembangan bank sampah serta pembinaan anak jalanan dan Rukmini Paata Toheke dari Sulawesi Tengah yang melakukanpembinaan perempuan dan konservasi berbasis adat.

Sujarwo menjelaskan yang menjadi alasan kelompoknyamampu meraih Kalpataru tersebut. “Mungkin Dewan Pertimbangan Kalpataru memberikan penghargaan kepadakami karena kami menjadi pionir dalam program adopsi sarang burung di Indonesia,” sebutnya. Selain itu, “Kami juga melakukan penyelamatan habitat burung, mata air, dan batuan karst, serta program ekoeduwisata dan berbagai pengolahan hasil hutan bukan kayu.”

Acara Penghargaan

Rangkaian acara pemberian penghargaan berlangsung selama dua hari di Jakarta, pada 4-5 April 2024. “Diawali dengan malam ramah tamah bersama para penerima anugerah Kalpataru,” jelas Suhandri. “Acara itu juga dihadiri berbagai instansi, gubernur, bupati, kepala Dinas Lingkungan Hidup provinsi maupun kabupaten setiap daerah yang menerima penghargaan Kalpataru,” lanjutnya. Acara di hari pertama itudiakhiri dengan penyerahan piagam untuk para penerima Kalpataru.

Di hari kedua, 05 Juni 2024, para penerima penghargaan menuju Gedung Manggala Wana Bakti guna menerimalangsung piala Kalpataru yang diserahkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar. Acara yang bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia itu dilanjutkan dengan dialog terkait penyelesaian krisis iklim dengan inovasi dan prinsip keadilan.

Selain piala dan sertifikat Kalpataru, KTH Wanapaksi pun berhak atas uang pembinaan sebesar Rp. 12.500.000. Sujarwo berharap prestasi yang berhasil diraih tersebut dapat menjadi dorongan semangat bagi seluruh anggotanya untuk semakin gigih dalam melestarikan keanekaragaman hayati di desa mereka. Penghargaan tersebut pun menjadi tantangan tersendiri bagi kelompoknya dalam menghadirkan inovasi-inovasi baru di bidang konservasi.

Penghargaan Kalpataru tersebut tidak lepas dari semangat dan kerja keras para warga anggota KTH Wanapaksi dalam berkegiatan. Begitu pula dorongan, bantuan, kemitraan, dari berbagai pihak selama ini, yang tentu turut memberi andil besar. 

Terdapat para pengadopsi dalam program adopsi sarang sebagai orang tua asuh bagi berbagai jenis burung, yang telah begitu tulus terlibat sehingga program dapat terus berjalan. Pemerintah Kalurahan Jatimulyo, serta segenap instansi dan mitra, seperti Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Daerah Istimewa Yogyakarta, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Daerah Istimewa Yogyakarta, Yayasan Kanopi Indonesia, dan Bisa Indonesia, atas peran, kerjasama, dan kolaborasi yang berjalan selama ini.

Keberadaan berbagai pihak tersebut menunjukkan bahwa upaya-upaya penyelamatan sumber daya alam hayati memang tak bisa dilakukan sendiri. Bagi KTH Wanapaksi, penyelamatan itu dilakukan sebagaimana yang menggaung dalam slogan mereka, agar “alame lestari, manuke ora sepi”.

Penulis : Imam Taufiqurrahman

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *