Pada tanggal 25 Juni 2024, tim dari IUCN SSC ASTSG melakukan kunjungan lapangan yang sangat berarti ke Desa Ramah Burung Jatimulyo, tepatnya di Omah Naungan Kopi Sulingan. Acara ini dihadiri oleh berbagai peserta dari organisasi ternama seperti Chester Zoo, Oxford Wildlife Trade Research Group, Birdlife International, Aceh Birder, Mandai, Species Survival Network, TRAFFIC, Wildlife Conservation Society, Cornell Lab of Ornithology, Ecosystem Impact, Yayasan Planet Indonesia, serta penulis buku Birds of the Indonesian Archipelago Greater Sundas and Wallacea James Eaton (Birdtour Asia) dan Frank Rheindt (National University of Singapore).
Kegiatan dimulai dengan birdwatching di Hutan Rakyat Jatimulyo, peserta dibagi menjadi empat kelompok. Setiap kelompok didampingi oleh seorang pemandu :
- Kelompok 1 dipandu oleh Supangat
- Kelompok 2 dipandu oleh Lia
- Kelompok 3 dipandu oleh Darna
- Kelompok 4 dipandu oleh Kasidi
Dalam kegiatan ini, para peserta diberikan kesempatan untuk mengamati secara langsung keanekaragaman hayati, khususnya berbagai jenis burung yang hidup di Hutan Rakyat Jatimulyo. Di antara burung-burung yang diamati, burung sikatan cacing (Cyornis banyumas) menjadi daya tarik utama. Keberadaan burung ini semakin jarang ditemui di alam, sehingga banyak peserta yang sangat berharap dapat melihatnya.
Antusiasme peserta terlihat sangat tinggi sepanjang kegiatan birdwatching. Mereka bersemangat mengamati berbagai jenis burung yang dijumpai, serta berdiskusi dengan pemandu mengenai perilaku dan habitat burung-burung tersebut.
Setelah kegiatan birdwatching, Kelik Suparno memberikan paparan tentang praktik konservasi ala masyarakat Jatimulyo. Suparno menjelaskan bahwa dulunya banyak terjadi perburuan burung di Jatimulyo, namun kini perburuan sudah berkurang drastis. Suparno juga menyampaikan bahwa ia dulunya adalah seorang pemburu, tetapi sekarang sudah bertaubat dan menjadi pemerhati burung. Keberhasilan ini merupakan implementasi dari Perdes No. 8 Tahun 2014 dan pendekatan kepada masyarakat.
Selain itu, kunjungan lapangan juga mencakup sesi tentang pengolahan kopi dari tahap pasca panen hingga produk siap konsumsi, serta pembelajaran mengenai budidaya lebah klanceng. Ini menunjukkan pendekatan komprehensif dalam konservasi yang mencakup edukasi mengenai pelestarian alam, praktik pertanian berkelanjutan, dan pemberdayaan masyarakat lokal untuk berkontribusi dalam menjaga keberlanjutan lingkungan hidup.
Tujuan dari kunjungan ini adalah memberikan wawasan mendalam kepada para peserta tentang praktik konservasi yang berkelanjutan serta mempromosikan kolaborasi lintas sektor dalam melindungi keanekaragaman hayati yang ada di Jatimulyo. Dengan demikian, kunjungan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif jangka panjang bagi konservasi alam dan kehidupan masyarakat Jatimulyo.